Sejarah Dan Mengenal Dinasti Abbasyiah

Date:

Share post:

Pemerintahan Dinasti Abbasyiah (132-656 H/750-1258) Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Setelah pemerintahan Dinasti Umayah jatuh, kekuasaan khilafah jatuh ke tangan Bani Abbas, keturunan Bani Hasyim suku Quraisy sebagaimana Bani Umayah juga suku Quraisy. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas seorang keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW , Al-Abbas bin Abd al-Muthalib bin Hasyim. Nama lengkapnya Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas bin Abd al-Muthalib. Berdirinya Dinasti Abbasiyah ini merupakan hasil perjuangan gerakan politik yang dipimpin oleh Abu Abbas yang dibantu oleh kaum syiah dan orang –orang Persi. Gerakan politik ini berhasil menjatuhkan Dinasti Umayah di tahun 750 M melalui usaha propaganda yang mereka sebut dengan gerakan dakwah. Gerakan dakwah ini sebenarnya sudah dimulai pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis berkuasa (717-720 M) karena kepemimpinan beliau yang adil, ketenteraman dan stabilitas negara secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada gerakan ini untuk menyusun dan merencanakan kegiatannya di al Humaymah. Pemimpin gerakan waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin Abbas. Dia kemudian digantikan oleh anaknya, Muhammad. Ia memperluas gerakan ini dan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Yaitu, al Humaymah, Kuffah dan Khurasan. Muhammad meninggal pada tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya Ibrahim al Imam kemudian beliau menunjuk Abu Muslim al Khurasani seorang khurasan sebagai panglima perangnya.
Abu Muslim kemudian banyak mengumpulkan banyak pengikut, baik dari Khurasan maupun dari Persia dengan kampanyenya yang memunculkan rasa kebersamaan di antara golongan Alawiyyin (Bani Ali), golongan Syiah dan orang-orang Persia yang menentang dinasti Umayah yang telah menindas mereka. Abu Muslim mengajak mereka untuk mengembalikan kekuasaan kepada bani Hasyim.
Ibrahim al Imam yang dihukum oleh khalifah Marwan II karena diketahui bahwa beliau memerintahkan Abu Muslim untuk menyingkirkan orang-orang Arab di Khurasan yang mendukung kekhalifahan Umayah digntikan oleh saudaranya, Abu Abbas As Saffah. Setelah berhasil menggulingkan imperium Umayah, Abu Abbas dibaiat sebagai khalifah, di masjid Kuffah pada tahun 750 M.
Menurut para ahli sejarah, perpindahan kekuasaan dari dinasti Umayah ke Abbasiyah merupakan revolusi Islam yang sama vitalnya seperti revolusi Prancis dan Rusia.
Sistem dan bentuk pemerintahan, struktur organisasi pemerintahan dan organisasi pemerintahan Dinasti ini pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari Dinasti Umayah. Namun ada hal-hal baru yag di ciptakan oleh bani Abbas. Sistem dan bentuk pemerintahan monarki yang di pelopori oleh Muawiyah bin Abi Sufyan diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah; dan memakai gelar khalifah. Tapi derajatnya lebih tinggi dari gelar khalifah di zaman Dinasti Umayah. Khalifah-khalifah Abbasiyah menempatkan diri mereka sebagai zhillullah fi al-ardh (bayangan Allah SWT di bumi). Pernyataan ini diperkuat dengan ucapan Abu ja’far al-mansur:”sesungguhnya saya adalah Sultan Allah SWT di bumiNya.” Ini mengandung bahwa khalifah memperoleh kekuasaan dan kedaulatan dari Allah SWT,bukan dari rakyat. Karena khallifah menganggap kekuasaannya ia peroleh atas kehendak Tuhan dan Tuhan pula yang member kekuasaan itu kepadanya, maka kekuasaannya bersifat absolut.
Struktur Organisasi dinasti Abbasiyah terdiri dari al-khilafat, al-wizarat, al-kitabat, dan al-hijabat. Lembaga khilafah dijabat oleh seorang khalifah sebagai telah disebut di atas, dan suksesi khalifah berjalan secara turun-temurun dilingkungan Dinasti Abbasiyah. Lembaga al-wizarat(kementerian) di pimpin oleh seorang wazir, seperti menteri zaman sekarang. Lembaga dan jabatan ini baru dalam sejarah pemerintahan Islam yang diciptakan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur.
Lembaga Al-kitabat terdiri dari beberapa katib (sekretaris). Yang terpenting dalam katib al-rasail, katib al-kharaj, katib al-jund katib al-syurthat, dan katib al-qadhi. Tugas masing-masing katib ini seperti di zaman Dinasti Umayah. Lembaga al-hijabat dipimpin oleh al-hajib. Tugasnya sebagaimana pada pemerintahan tangga istana dan pengawal khalifah berperan mengatur siapa saja yang ingin bertemu dengan khalifah. Tapi di zaman Abbasiyah birokrasi diperketat . Hanya rakyat dan pejabat yang punya urusan benar-benar amat penting yang boleh bertemu langsung dengan khalifah.
Lembaga lain adalah al-nizham al-mazhalim, yaitu lembaga yang bertugas memberi penerangan dan pembinaan hukum, menegakkan ketertiban hukum baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan masyarakat, dan memutuskan perkara. Sumber-sumber keuangan Negara untuk mengisi Baitul Mal terdiri dari al-kharaj (pajak tanah yang berproduksi), zakat dan infaq menurut ketentuan Syariat, jizyat (pajak perlindungan yang ditarik dari warga Negara non-muslim), ‘unsyur (pungutan terhadap para pedagang asing yang mengimport barang dagangannya ke wilayah Islam), ghanimat (harta rampasan perang) dan sumber-sumber lain. Untuk memperlancar jalannya roda pemerintaan di bentuk pula diwan-diwan atau departemen-departemen. Jumlahnya lebih banyak dari pada Dinasti Umayah.  Departemen-departemen dalam tubuh organisasi Pemerintahan Dinasti Abbasiyah meliputi departemen urusan pendapatan Negara, departemen urusan denda, departemen urusan keuangan, departemen urusan kemiliteran, departemen urusan pelayanan pos, departemen urusan pengendalian belanja Negara, departemen urusan surat-surat Negara, departemen urusan perbekalan, dan departemen urusan umum untuk membangun sarana-sarana umum.
Pada periode pertama, Dinasti ini melaksanakan system sentralisasi; kekuasaan terpusat di tangan khalifah dan wazir. Gubernur tidak memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur segala urusan pemerintahan di daerahnya, dan tidak punya pengaruh dalam urusan pollitik dan kemasyarakatan, tapi dalam perkembangannya kekuasaan khalifah yang bersifat absolut sejak Harun al-Rosyid berkuasa, ditantang oleh para wali daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dan mendirikan dinasti-dinasti kecil. Terobosan dinasti-dinasti kecil ini kemudian ikuti oleh dinasti-dinasti yang lebih besar, seperti Dinasti Ghaznawi ( 962 – 1186) di Afganistan dan punjab di india.
Penyebaran Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
Beberapa khalifah yang terkenal selain Abu Abbas, adalah Abu Ja’far al Mansyur. Beliau adalah generasi kelima keturunan Abbas. Khaliifah Abu Ja’far al Mansur berkuasa mulai tahun 754- 775 M atau sekitar 21 tahun lamanya. Dalam masa yang selama itu, berbagai usaha untuk mengonsolidasikan dinasti Abbasiyah dalam bidang pemerintahan dan militer telah dilakukan. Beliau boleh dikatakan sebagai pembangun dinasti Abbasiyah dengan laangkah-langkah yang di ambilnya dalam mengendalikan negara, antara lain : melaksanakan administrasi pemerintahan dengan tertib, serta kondisi antar aparat, kemudian memelihara keamanan dan stabilitas dalam  negeri serta menindak tegas kelompok-kelompok yang merongrong kekuasaannya. Dalam politik luar negeri, khalifah abu Ja’far al Mansur menjalin persahabatan dengan raja Perancis, raja Pepin. Sementara itu, perluasan wilayah Afrika dan daerah-daerah kekuasaan Byzantium (Romawi Timur) masih teris dilanjutkan.
Selain khalifah Abu Ja’far al Mansur cucunya, Harun al Rasyid menjadi khalifah kelima. Beliau adalah khalifah yang terkemuka sebagai seorang penyair dan dermawan. Beliau menjadi figur yang legendaris karena cerita-cerita tentang dirinya dalam kitab Alfu lailah wa Lailah (seribu satu malam). Boleh jadi, pada masanya inilah dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan dan keemasannya. Kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama al Makmun. Pelayanan terhadap rakyat bersifat terbuka dan tidak membedakan kelas maupun agama. Didirikannya majelis ilmu yang disebut Baitul Hikmah. Sementara itu juga wilayah kekuasaanya juga terbentang dari pesisir samudra Atlantik sampai dengan tembok besar Cina.
Selama 5 abad berkuasa, dinasti Abbasiyah runtuh karena serbuan tentara Tartar yang dipimpin oleh Hulaghu Khan pada tahun 1258 M.
Untuk mengakhiri pembahasan tentang pemerintahan Dinasti Abbasyiah ini, dikemukakan ciri-ciri khususnya yang membedakannya dari pemerintahan khulafa al-Rasyidin dan pemerintahan Dinasti Abbasiyah ciri-ciri khususnya adalah:unsur pengikat bangsa adalah agama; jabatan khalifah adalah jabatan yang tidak bisa dipisahkan dari negara;kepala negara eksekutif dijabat oleh seotang wazir, Dinasti ini lebih menekankan kebikjaksanaannya pada kosolidasi dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi; Dinasti ini bersifat universal karena muslim Arab dan non-Arab adalah sama; dan corak pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan persia.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa dinasti Abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat baik dalam ilmu-ilmu agama, kesusastraan, filsafat, sejarah maupun eksakta, beberapa di antaranya adalah, ilmu kedokteran ( Ibnu Sina, Abu Zakaria bin Maskaweh, Abu Bakar ar Razy), ilmu falak/ astronomi (Raihan al Biruny, Abu Ma’syar al Falaky), farmasi dan kimia (Ibnu Baithar), filsafat (Abu Ishak al Kindy, Ibnu Thufail, Ibnu sina), sejarah (Ibnu Hisyam, al Waqidi), kesusastraan (Abu Nawas, al Mutanaby).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Related articles

Kombes Pol Pasma Royce Awali Tugas Sebagai Kapolrestabes Surabaya Ziarah Makam Sunan Ampel

Kombes Pol Pasma Royce Awali Tugas Sebagai Kapolrestabes Surabaya Ziarah Makam Sunan Ampel . Sore hari ini, Jum’at (17/3/2023), Saya...

Mengawali Tugas Sebagai Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Pasma Royce Ziarah Makam Ki Ageng Bungkul

MENGAWALI TUGAS, ZIARAH MAKAM KI AGENG BUNGKUL. . Kapolrestabes Surabayakombes pasma royce didampingi PJU Polrestabes Surabaya Ziarah di makam Sunan...

Kegiatan Rutinan, Polres Kediri Kota Gelar Karomah

Kegiatan Rutinan, Polres Kediri Kota Gelar Karomah KEDIRI, Liputan Terkini - Kamis Rohani dan Mental Sampai di Hati (Karomah)...

Adem Disaat LDII, Senkom dan ASAD Siap Bersinergi Dengan Polres Kediri Kota

LDII, Senkom dan ASAD Siap Bersinergi Dengan Polres Kediri Kota Ketua LDII Kediri, Ketua Senkom Mitra Polri dan Ketua...